Jumat, 13 April 2012

Emosi dan Sikap Hormat


Semua serba salah ketika kita diperhadapkan dengan keadaan yang mendesak kita mengomentari orang yang lebih tua.
Oke aku mau bercerita tentang pengalaman yang bikin gon-dhok.
Rabu kemaren gue fotokopi proposal di salah satu tempat fotokopian.
Yang punya emang bapak-bapak udah tua, dia punya dua karyawan. Kebetulan kedua karyawannya sedang sibuk. Bapak itu ngambil proposal gue dan diletakin gitu aja. Ehem oke gue coba bersabar. Tapi ada kalanya kesabaran itu ada batasnya. Maslahnya gue dikejar sama waktu.
Akhirnya gue ngomong ke bapaknya, “Pak, masih lama nggak?” (Kalo lama ya pindah ke tempat lain.)
Bapaknya langsung ambil proposal dan nyoba fotokopi sendiri.
Beliau nanya, “Ini difotokopinya mau gini atau gini?”.
(Bentuk proposalnya setengah halaman).
Gue jawab, “Terserah, Pak. Gatau gimana caranya yang penting saya maunya jadinya gini,” (Persis sama proposal yang ada.”
Fotokopi pun selesai. Tapi halaman cover malah mini -_-
Spontan gue komplain dong, “Pak, kok kertasnya nggak sama?”
“Oh...mau sama?”
*Argh*
“Kan saya mintanya kaya gini, Pak.”
Mau nggak mau bapaknya fotokopi lagi bagian cover yang emang ukurannya mini...
Setelah selesai fotokopi cover, gue pegang kertasnya eh ternyata hampir tiap halaman ukuran kertasnya beda-beda masa. Gede-kecil-gede-kecil. Oh my, this is a proposal. Don’t play with it. I just need the copy and tidy one.
Maksud gue sih nggak mau dibilang banyak mau jadi gue minjem gunting buat motong sendiri. Eh dikasihnya gunting mini. Kapan mau selesai -_-. Maksud baik pun berubah jadi emosi karena nggak rapih. Apalagi pas maus steples eh isinya abis.
Otomatis gue protes dengan semua keluhan ketidakpuasan dengan hasil fotokopi itu. Pas protes karena ukuran kertas nggak sama masa bapaknya bilang, “Kok banyak maunya ya?”
*Grrrrrrrrrr kalo bukan orang tua gue udah ngomel-ngomel*
Berhubung gue udah emosi, “Yah kan saya maunya sama-kaya-ini-Pak”.
Bapaknya pun nyuruh karyawannya buat ngerapihin.
Dari pengalaman itu gue bisa narik kesimpulan dan hikmahnya. Nggak lagi-lagi ke sana. Cukup dengan semua ini. Gue juga belajar satu hal, kalo ada tukang fotokopi yang nganggurin pesanan kita ya tinggal aja pindah ke tempat lain. Simpel J

2 komentar:

  1. pasti foto kopian kampus tercinta, hahaha
    baru tadi juga ngerasain hal yg sama plus menahan gon-dhok urusan ke Pak Tatang "tercinta" -.-
    ga lagi2 dahhh!

    BalasHapus